Kupang — Laut Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali menangis. Maraknya praktik bom ikan kian mengancam kehidupan bawah laut yang menjadi tumpuan ekonomi dan masa depan masyarakat pesisir.
Dalam konferensi pers di Markas Ditpolairud Polda NTT, Direktur Polairud, Kombes Pol. Irwan Deffi Nasution, S.I.K., M.H., membunyikan alarm keras atas fenomena ini.
“Perairan kita terus diobrak-abrik oleh oknum tak bertanggung jawab,” tegasnya.
Data selama tiga tahun terakhir menunjukkan betapa peliknya situasi: 6 kasus pada 2023, naik menjadi 7 pada 2024, dan meski menurun menjadi 2 kasus di 2025, indikasi maraknya pergerakan senyap destructive fishing tetap terasa.
Salah satu kejadian mengejutkan terjadi di Labuan Bajo, pusat pariwisata dunia. Tim gabungan Ditpolairud, Baharkam Polri, dan Satpolair Manggarai Barat menggagalkan penyelundupan 100 detonator dari seorang pria asal Sulawesi Selatan.
“Kalau detonator ini dirakit, bisa menjadi 700–800 bom kecil. Laut kita bisa hancur!” ujar Irwan dengan nada serius.
Kini, pelaku menghadapi ancaman hukuman berat berdasarkan UU Darurat No. 12 Tahun 1951, yakni penjara hingga seumur hidup.
Di sisi lain, operasi serupa juga mengungkap kasus memalukan di perairan Sikka. Dua pelaku menggunakan modus kapal ganda untuk melancarkan aksi: satu kapal meledakkan bom, satu kapal lagi mengangkut ikan hasil bom.
Ditpolairud berhasil mengamankan mereka bersama 156 ikan campuran dan alat selam. Keduanya dijerat dengan UU Perikanan yang mempertegas komitmen negara melawan perusakan laut.
“Tidak ada kompromi. Setiap tetes laut yang rusak, kita kejar pelakunya,” ujar Irwan.
Irwan menegaskan, kerusakan terumbu karang akibat bom membutuhkan waktu hingga 20 tahun untuk pulih.
Kerugian ekologis dan ekonomi ditaksir miliaran rupiah, belum termasuk hilangnya sumber pangan dan mata pencaharian masyarakat pesisir.
“Kalau ini dibiarkan, generasi berikutnya hanya akan mewarisi laut yang mati,” tutup Irwan dengan suara berat.
Ditpolairud berjanji terus memperkuat patroli, edukasi masyarakat, serta melindungi laut NTT dari tangan-tangan perusak.